Para praktisi lingkungan, idealnya tidak sekadar berpikir linear, tetapi harus memiliki kemampuan berpikir sistemik. Satu fenomena lingkungan, akan melibatkan banyak parameter yang harus dikaitkan antar satu dengan yang lain. Dan untuk menganalisis hubungan antar komponen itu, harus memiliki keterampilan berpikir sistemik.
Berpikir sistemik akan melatih para praktisi lingkungan untuk mampu membuat dinamika antara berbagai fenomena lingkungan, sehingga bisa membuat model yang mampu memprediksi seperti apa masa depan lingkungan. Termasuk interfensi apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga daya dukung lingkungan. Prediksi tentang masa depan lingkungan ini, akan menjadi rekomendasi yang sangat dibutuhkan dalam membuat perencanaan lingkungan. Misalnya pada penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
Kemampuan berpikir sistemik dan membuat dinamika sistem inilah yang disajikan oleh KLHS Centre Squad, dalam Pelatihan Dasar-Dasar Pemodelan Dinamika Sistem untuk Penyusunan KLHS. Pelatihan ini berlangsung selama empat hari, 7 sampai 10 Juni 2023. Dihadiri oleh peserta dari berbagai daerah, mulai dari Aceh, Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, Kalimatan, Sulawesi hingga Papua.
Di materi pembuka, Sri Hidayat, S.Si., M.Si., M.S.P., sebagai salah satu narasumber, memahamkan dan mengajak para peserta untuk beralih pada model berpikir sistemik.
Sri Hidayat, yang juga merupakan pendiri dari KLHS Centre Squad, menyatakan, Kondisi lingkungan yang sangat dinamis hari ini, membutuhkan analis lingkungan yang bisa mengintegrasikan berbagai variable lingkungan. Selanjutnya membuat dinamika diantara komponen-komponen itu.
Mengenal Vensim dan Powersim
Mengintegrasikan, menceritakan hubungan sebab-akibat antar kompenen lingkungan yang sangat kompleks, memang tidak mudah. Apalagi kalau dikerjakan hanya dengan teknik manual, pasti sangat merepotkan.
Beruntung dengan kemajuan teknologi komputerisasi hari ini, bermuncullah berbagai software yang bisa memudahkan kerja para analis lingkungan. Mampu memfasilitasi analis lingkungan, sebagai pengguna software, untuk menggambarkan peta pemikirannya. Dua software computer yang biasa digunakan untuk kepentingan dinamika sistem ini adalah Vensim dan Powersim.
Selama empat hari, peserta pelatihan dilatih untuk membuat berbagai pemodelan lingkungan dengan bantuan software Vensim dan Powersim. Misalnya membuat model daya dukung lahan, daya dukung air, membuat causal loop, model pengelolaan persampahan, sampai dengan melakukan proyeksi TPB/SDGs.
Dengan bantuan software Vensim dan Powersim, peserta juga dibimbing untuk bisa melakukan proyeksi lingkungan di masa depan dan merumuskan skenario apa saja yang harus dilakukan hari ini, agar masa depan lingkungan bisa terjaga. Proyeksi dan perumusan skenario yang akan sangat sulit dilakukan tanpa bantuan software computer.
Beberapa peserta ada yang baru mengenal Vensim dan Powersim ini. Mereka mengaku sangat terbantu dalam melakukan pemodelan dinamika sistem ini. Khususnya dalam penyusunan dokumen lingkungan nantinya.
Salah satu peserta yang ikut dalam pelatihan ini, Prof. Ir. Atra Romeida, M.Si mengungkapkan banyak hal baru yang didapatkannya dalam pelatihan ini. Terutama untuk pengelaman Vensim dan Powersim. Guru Besar di Universitas Bengkulu itu berkomitmen untuk mengusulkan kepada pemerintah daerah setempat, agar aparaturnya juga bisa melakukan pemodelan dinamika sistem.
Pelatihan ini sangat bagus dan sangat membantu. Saya akan rekomendasikan ke pemerintah provinsi, untuk bisa bersinergi dengan KLHS Centre Squad, untuk melakukan pelatihan seperti ini, ungkapnya. (*)